Peneliti mengkalkulasi, lubang ozon di atas kutub selatan telah menyusut hingga 15 persen.VIVAnews . Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan bukti yang
meyakinkan bahwa lubang raksasa akibat polusi kimia di lapisan ozon
terus menyusut. Artinya, kebijakan Protokol Montreal yang diterapkan
sejak 22 tahun lalu menuai hasil.
Pada protokol yang
ditandatangani tahun 1989 disepakati penggunaan chlorofluorocarbons
(CFC), bahan beracun yang biasa digunakan pada penyejuk udara dan
lemari es tidak boleh lagi digunakan Dari penelitian, pelarangan itu telah membantu planet Bumi memulihkan sebagian lapisan ozon pelindungnya
Sebagai informasi, lubang ozon bukanlah benar-benar lubang, melainkan
sebuah kawasan di atas kutub di mana lapisan ozon yang umumnya memiliki
kandungan molekul O3 setebal sekitar 24 kilometer tergerus menjadi
sangat tipis. Padahal, lapisan ini merupakan pelindung planet Bumi dari
radiasi sinar Matahari.
Bukti-bukti bahwa lapisan ozon,
khususnya di kawasan kutub selatan kembali menebal merupakan kabar
gembira bagi kehidupan di dunia. Pasalnya, lapisan ozon mampu menyerap
hingga 99 persen sinar ultraviolet frekuensi tinggi hingga Bumi bisa
dihuni makhluk hidup.
Sebelum ini, ilmuwan pakar atmosfir
menemukan bahwa jumlah CFC yang menyebabkan penipisan ozon di
startosfir (salah satu lapisan di ketinggian antara 8 sampai 50
kilometer) di atas kutub utara, terus menurun.
Peneliti
memperkirakan penurunan jumlah CFC berpotensi meningkatkan ketebalan
lapisan ozon di kawasan itu. Namun selama ini peneliti belum bisa
memastikannya. Salah satu alasannya, ketebalan lapisan ozon
berfluktuasi secara dramatis dari musim ke musim. Sehingga besarnya
lubang ozon sulit dilakukan.
Kini, sekelompok peneliti
lingkungan yang diketuai Murry Salby, dari Macquarie University,
Sydney, Australia, berhasil menemukan penyebab terjadinya fluktuasi
ketebalan ozon. Dengan menghilangkan fluktuasi itu dari data yang
dikumpulkan, peneliti bisa menghasilkan data perubahan sistematik pada
lapisan ozon kutub selatan.
Pada laporan yang dipublikasikan
di jurnal Geophysical Research Letters, peneliti mengalkulasi, kini
lubang ozon di atas kutub selatan telah menyusut hingga 15 persen
dibandingkan pada saat lubang ozon mencapai titik maksimalnya di tahun
1990-an.
“Temuan ini merupakan bukti yang dihasilkan dari
penelitian yang meyakinkan seputar pulihnya lapisan ozon,” kata Adrian
McDonald, ilmuwan pakar atmosfir dari University of Canterbury,
Christchurch, Selandia Baru, seperti dikutip dari LifeLittleMysteries,
20 Mei 2011.
Sumber :
- Jum'at, 20 Mei 2011, 11:45 WIB.
- Hikmatul Iman