Selasa, 10 April 2012
Pengorbanan Seorang Ibu
22.33
Motivasi
Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi
cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk
sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga
akan berbuat yang sama?” Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang,
“Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap
nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga
kita.” Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan
kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling
pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku
waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya
anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu
mengajukan pertanyaan yang hampir sama. Kali ini sang Ibu menjawab
dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa
makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena
melihat ibumu menahan lapar.” Si anak kembali tersenyum, dan lalu
memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu
bersandar pada Ibu.” Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu
membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri
kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh
tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak
selamanya ibu bisa mendampingimu.” Ada berapa banyak orangtua di antara
kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati?
Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental
pemberani si anak? Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya
menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan
juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah
bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri
kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi
anak-anaknya di dunia.